Selasa, 20 Oktober 2015

Perhatikan Kabut Asap Palangka Raya




Salah satu sudut pemukiman di kota Palangka Raya yang terpapar kabut asap (foto: R_)

Musim kemarau tahun ini bisa dibilang cukup ekstrim. Hal itu lantaran sampai pada bulan Oktober ini, hujan seakan enggan turun membasahi bumi Indonesia.  Dibandingkan tahun-tahun lalu kemarau kali ini merupakan kemarau terpanjang oleh sebab badai el Nino yang mengamuk di samudera Pasifik. Bahkan Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG ) menyatakan bahwa kita akan mengalami kemarau sampai dengan akhir tahun. Waaahh...

Di Kalimantan dan Sumatera, jika musim kemarau tiba maka itu artinya juga akan bertemu dengan musim kabut asap. Sehingga bisa dibilang kabut asap merupakan bencana musiman seperti bencana banjir yang melanda daerah lain.

Tapi kabut asap kali ini bukan sekedar kabut asap biasa. Sebab hampir sebagian besar kota-kota di Kalimantan dan Sumatera terpapar kabut asap yang cukup parah. Sehingga berita tentang kabut asap sudah menjadi konsumsi di semua media massa. Bandingkan tahun lalu dimana kabut asap hanya melanda segelintir kota, itu pun dalam eskalasi yang tidak separah ini. Jadinya kabut asap kala itu tidak begitu gempar diberitakan.

Palangka Raya yang merupakan ibukota provinsi Kalimantan Tengah merupakan kota yang terpapar kabut asap terparah se Indonesia Raya. Beberapa bulan ini, tingkat Konsentrasi Partikulat PM10 di kota Palangka Raya selalu berada di atas 1500. Partikulat (PM10) adalah Partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 10 mikron (mikrometer). Padahal nilai 350 saja sudah masuk kategori tidak sehat. Bahkan untuk hari ini saja (20/10/2015) konsentrasi Partikulat di Palangka Raya sudah mencapai 2000 lebih. Dan itu terparah dibandingkan kota lainnya di Indonesia yang hanya berkisar di angka 500-600 an. Cobalah cek sajalah di situs ini.
 
Dari hari ke hari, langit siang Palangka Raya selalu berwarna oranye gelap. Bukan cahaya matahari yang segar nan cerah tapi cahaya matahari yang tertahan oleh asap. Sehingga langit menjadi gelap. 

Sudah dua bulan lebih Palangka Raya tidak menikmati sinar matahari. Setiap hari langit menjadi gelap. Hari ini 20 Oktober 2015 merupakan kabut terparah yang melanda Palangka Raya. Sejak pagi hingga tulisan ini dibuat, kabut pekat enggan beranjak dari kota ini. Jarak pandang hanya berkisar sekitar 20 meter, membuat para pengendara harus ekstra waspada di jalan raya. Hal itu tentu saja ditambah dengan udara yang tidak layak hirup, dan mata perih yang terpapar asap. Kota ini jadi seperti kota mati.

Tapi anehnya Kota Palangka Raya sepertinya di anak tirikan oleh media dan pemerintah pusat. Bukan menafikan kabut asap di wilayah lain ya, cuma tolong lah kami di Kalimantan Tengah ini merupakan daerah yang terpapar kabut asap terparah. Kami butuh sorotan dari media massa agar pemerintah pusat dapat cepat tanggap dengan keadaan ini. Tapi yang terlihat justru banyak wilayah lain yang tingkat keparahannya tidak seberapa di bandingkan Palangka Raya. Memang kabut asap di Palangka Raya masuk berita, tapi bukan berita utama dan seolah bukan berita penting. Cobalah tengok kami dan cobalah untuk tinggal di kota ini sehari saja dan rasakan yang kami derita. Kami sudah tidak sanggup dan tidak tahan dengan kedaan ini.

Mungkin ada yang bertanya, Pemdanya kemana, dikit-dikit kok pemerintah pusat. Iya memang itu urusan Pemda. Tapi kami juga butuh bantuan pusat agar lebih maksimal. Pemda sudah berusaha dengan masksimal salah satunya kemarin dengan mengerahkan para PNS di SKPD Pemerintah Provinsi Kalteng  yang tergabung dalam tim sergap api agar turut serta memadamkan kebakaran hutan dan lahan di wilayah Kalteng.

Tentu saja hal itu tidak maksimal jika tidak ada dukungan dan perhatian dari pemerintah pusat. Kalimantan Tengah khususnya Palangka Raya seolah dianggap tidak penting. Padahal sekali lagi kualitas udara di Palangka Raya hari ini sudah terparah se Indonesia Raya. 

Oleh sebab itu, besok Rabu 21 Oktober 2015 pada pukul 08.00 WIB. Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng bersama dengan seluruh komponen masyarakat lintas etnis, agama dan sosial untuk berkumpul di Bundaran Besar kota Palangka Raya dalam kegiatan Gerakan Seribu Kalteng Menggugat. Hal ini sebagai bentuk dukungan masyarakat untuk mendorong pemerintah pusat segera kirimkan bantuan secara maksimal untuk menanggulangi kebakaran lahan di Kalteng. Karena selama ini kesannya Kalimantan Tengah seperti dianakan tirikan. Dan kondisinya hari ini sudah sangat memprihatinkan.

#savepalangkaraya
#kaltengjugaindonesia