Rabu, 22 Juni 2016

Mendadak Alim

Sumber : merdeka.com

Ada pandangan miring yang kudengar bahwa saat bulan Ramadan datang pasti akan banyak orang-orang yang mendadak menjadi alim. Kalau dilihat dari fakta di lapangan sih memang iya. Pada malam hari masjid-masjid menjadi ramai di penuhi oleh orang yang shalat berjamaah dan juga tadarus Al-Quran. Tidak cuma malam hari, siang hari pun masjid menjadi makmur dipenuhi orang-orang yang shalat dan mengaji. Tentu saja ini pemandangan yang sangat menyejukan.
Tapi aku agak kurang setuju jika malah dianggap sebagai orang-orang yang mendadak alim (walau faktanya memang demikian). Karena terasa kasar sekali ya kedengarannya menyebut dengan alim dadakan. Iya sih memang, di setelah bulan ramadan berlalu masjid-masjid kembali sepi. Jamaah sudah pada berkurang. Tapi setidaknya kan di bulan ramadan sudah ada usaha untuk memperbaiki diri. Daripada tidak ada sama sekali perubahan. J
Bulan Ramadan kan bulan penuh berkah dan ampunan. Bahkan segala amal dan perbuatan baik di bulan ini akan dilipatgandakan oleh Allah. Segala dosa akan di ampuni bagi hambanya yang memohon ampunan dan menjalankan ibadah Ramadan dengan sesungguhnya. Singkatnya, bulan Ramadan adalah bulan ibadah dan bulan pahala.
Berdasarkan informasi itu, tidak ada yang salah kan kalau kita banyak-banyak beribadah di bulan suci ini. Karena bulan puasa kan datangnya Cuma sekali dalam setahun. Sayang sekali kalau dilewatkan. Itulah yang membuat banyak orang-orang ramai-ramai memakmurkan masjid. Emang di bulan lain tidak utama ya ibadah? Seharusnya sih memang begitu, setelah ramadan usai, ibadahnya jadi tambah rajin. Cuma entah mengapa ya di bulan Ramadan rasanya lebih khusyuk dalam beribadah. Suasana dan lingkungannya itu lho sangat kondusif untuk beribadah tanpa gangguan.
Lain halnya dengan bulan diluar ramadan, beribadah kayanya ada-ada saja gangguan dan kemalasannya. Aku jadi teringat ceramah almarhum Uje. Dalam salah satu ceramahnya beliau pernah menyampaikan bahwa saat bulan ramadan para setan dan kroninya itu di belenggu. Supaya tidak mengganggu umat islam dalam beribadah. Masih menurut Uje, jika masih ada orang yang berbuat kerusakan dan kemaksiatan saat bulan puasa padahal setan yang menggoda aja sedang terbelenggu. Itu artinya kemaksiatan yang dilakukan sudah menjadi tabiat dari orang tersebut.
Nah itu mungkin ya penyebabnya mengapa banyak orang yang rajin beribadah saat bulan ramadan. Masjid banyak dipenuhi oleh orang yang beribadah dan membaca alquran. Karena setan dalam diri orang yang beribadah di bulan ramadan tak bisa menggoda. Sekali lagi tentu ini adalah hal yang positif. Mau dibilang alim dadakan kek, dibilang munafik kek masa bodo, yang penting ada niat untuk berubah dan menambah amal.

Senin, 13 Juni 2016

Masih Lariskah Musik Religi



Seperti sudah menjadi sebuah kebiasaan, ketika bulan Ramadan tiba pastilah ada hal-hal yang musiman terjadi di sekitar kehidupan kita. Mulai dari pasar kuliner ramadan, program televisi spesial ramadan, iklan bertema puasa, sampai musik religi yang rilisnya setiap bulan ramadan.

Untuk tren musik religi, tampaknya ini sudah menjadi hal yang sudah umum kita ketahui ya. Setiap bulan puasa tiba, maka para musisi tanah air mulai artis papan bawah hingga artis papan atas berlomba-lomba merilis single atau album religi. Motifnya macam-macam, ada yang katanya untuk berdakwah, ada yang katanya menyesuaikan dengan tema, bahkan sampai motif aji mumpung. Yah tak masalah apapaun motifnya selagi ada nilai religius, its’ okay.

Namun segala sesuatu yang booming dan menjadi tren lama kelamaan pasti akan sampai pada di titik jenuh. Hal itu juga yang dialami oleh tren musik religi Indonesia pada tahun 2016 ini. Kelihatannya gaung lagu-lagunya tidak semeriah dulu meskipun tahun ini ada cukup banyak musisi yang mengeluarkan single religi.

Dari apa yang kulihat sampai hari ini band  Wali masih seperti tahun lalu, masih setia mengeluarkan single religi. Kemudian ada d’masiv dengan single tala al badru. Ada pula kehadiran perdana Noah di jagat lagu religi dalam single Sajadah Panjang milik Bimbo yang di aransemen ulang. Single ini sendiri merupakan salah satu lagu andalan dalam album baru Noah “Sing Legend”. Kebetulan lagunya tema religi dan rilisnya pas menjelang bulan puasa. Ada pula Haddad Alwi yang kembali menelurkan album religi di ramadan kali ini. Serta ditambah dengan beberapa penyanyi solo dan band kelas medium lainnya yang ikut meramaikan blantika musik religi Indonesia.

Tampaknya musisi religi sejati patut kita berikan kepada Opick. Pelatun hits Tombo Ati ini sejak tahun 2005 hingga sekarang rutin mengeluarkan album setiap tahunnya. Album lho ya, bukan single. Di saat industri musik sedang lesu, disaat musisi lain hanya berani mengeluarkan single di bulan ramadan, Opick malah justru mengeluarkan album. Dia lebih senang merilis album ketimbang single, karena baginya album adalah salah satu wujud dari apresiasi karya seorang musisi. Sungguh luar biasa dan patut di apresiasi memang idealisme Opick. Jadi di tahun 2016 ini Opick telah meluncurkan album ke-12 nya yang berjudul Sang Maha Cahaya. Sudah menjadi sebuah kebiasaan album barunya pasti rilis setiap bulan ramadan. Mantap.

Disatu sisi nama-nama besar yang menjadi pionir tren lagu religi modern seperti Gigi, Ungu, tampaknya tahun ini tidak ada mengeluarkan single dan album religi. Padahal dengan lagu-lagunya yang fenomenal, mereka pernah menjadi trend setter yang memancing para musisi lainnya untuk ikut membuat single religi. 

Sekarang kita kembali ke masalah tren lagu religi yang sudah mulai kehilangan gaungnya lagi. Mengapa lagu-lagu religi sekarang kurang begitu nendang dibandingkan dulu sekitar tahun 2004-2008. Menurut pengamatanku meskipun itu single dari Gigi dan Ungu sekalipun, tapi masih relatif kurang booming. Cobalah dengan lagu Ungu yang berjudul Surgamu, Andai Ku Tau, Dengan Nafasmu, kemudian lagu Gigi Perdamaian, Pintu Sorga, Akhirnya dan tembang hits lainnya. Coba dibandingkan dengan lagu mereka yang dirilis setelah 2008.

Begitu pula dengan backsound yang banyak di pakai oleh Stasiun TV jarang memakai lagu-lagu baru. Malah lagu-lagu religi yang dipakai oleh beberapa stasiun TV justru lagu-lagu yang lama. Seperti lagu Opick, lagu haddad alwi, Gigi dan lagu lainnya yang dulu pernah ngetop. Dari sini kan bisa dilihat bahwa lagu-lagu lama ternyata masih mempunyai magnet yang kuat untuk didengarkan kembali. Serta sangat pas dan cocok untuk dijadikan backsound ketimbang tembang-tembang teranyar.

Ada apa ya dengan musik religi sekarang. Entah karena kurang promosi kah, ikut terimbas lesunya blantika musik Indonesia kah, atau karena memang aransemennya yang sudah tidak easy listening lagi di telinga pecinta musik. Atau mungkin juga karena telinga dan selera musikku yang sekarang bermasalah, haha.

 Tapi yang jelas, single-single yang dikeluarkan oleh beberapa musisi tanah air sekarang tidak begitu nendang di tahun ini. Dengan kata lainnya sih banyak single dan lagu religi yang kurang begitu dikenal oleh masyarakat. Yaaah, Meskipun ada beberapa nama yang lagu religinya cukup hits, tapi itupun hanya sedikit, tidak sebanyak dulu. Saat dimana lagu religi Ungu, Gigi, Opick, Raihan, Snada, Haddad Alwi, Debu Wali, ST12 dan lain-lain masih berjaya di era 2004-2008.

Rabu, 08 Juni 2016

Renungan Dibalik Shalat Tarawih





Tidak terasa bulan Ramadhan datang lagi. Bulan yang sangat ditunggu-tunggu oleh sebagian besar umat Islam seluruh dunia. Sudah sering diketahui umum bahwa bulam ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan berkah dengan kebaikan.

Di Indonesia tahun ini tampaknya tidak ada perdebatan alot khususnya di tengah masyarakat mengenai penetapan awal ramadhan. Kelihatannya masyarakat cukup tenang. Biasanya masyarakat kita utamanya dari media sosial banyak yang berdebat mengenai awal ramadan, kenapa ini kita beda awal puasa, kenapa ini pemerintah beda sendiri, dan berbagai pertanyaan lainnya.

Alhamdulillah tahun ini tidak ada perbedaan dalam penentuan awal puasa di Indonesia. Itu artinya umat muslim Indonesia mulai menjalankan ibadah puasa pada hari senin kemarin (6/6/2016). Mungkin itu yang menjadikan masyarakat kita tidak terlalu bergejolak.

Bahkan belum juga keputusan hasil sidang isbat dibacakan oleh pemerintah, masyarakat sudah pada ngumpul di masjid untuk shalat isya berjamaah, dan dilanjutkan dengan shalat sunah tarawih. Seolah tidak peduli entah pemerintah menetapkan awal puasa besok atau lusa. Toh yang penting yakin aja gitu besoknya puasa. Karena ormas Muhammadiyah sudah menetapkan awal puasa tanggal 6 Juni 2016 jadinya sedikit aman. Tapi ya benar saja, ternyata kita mengawali puasa secara bersamaan. Sekali lagi alhamdulillah.

Bicara soal bulan ramadhan pasti tak lepas dari ibadah sunah yang banyak dilakukan oleh umat islam pada malam harinya. Yap shalat tarawih namanya. Biasanya nih di masjid pada minggu pertama  penuh dengan jamaah. Sampai dua malam kemarin aku shalat tarawih, masjid dipadati dengan jamaah.

Luar biasa antusiasme umat memadati masjid untuk shalat tarawih berjamaah. Disini orang-orang yang tidak pernah shalat berjamaah (termasuk aku) ikut-ikutan meramaikan masjid. Tidak salah memang, karena katanya bulan ramadan merupakan bulan yang penuh berkah, saking banyak berkahnya satu amalan ibadah kita akan dilipatgandakan Allah nilai pahalanya. 

Hingga kemudian sampailah aku pada sebuah perenungan. Jika logikanya selama bulan ramadan kita mampu shalat sunah berpuluh-puluh rakaat dalam semalam. Masa shalat 5 waktu yang totalnya 17 rakaat dalam sehari kok begitu berat dilaksanakan. Jleb.. kena banget deh rasanya renungan ini. Sambil manggut-manggut dalam hati, “Iya juga ya, kok shalat tarawih aja sanggup”. 

Maka dari itu, berawal dari renungan tersebut aku pun pelan-pelan mulai menata shalat 5 waktuku. Jangan sampai renungan itu tiba-tiba muncul lagi dan menusuk naluri dan pikiran terdalam ku. Jujur kalau di bulan biasa entah kenapa di ibadah shalat wajib itu seakan “berat” terlaksana. Sedangkan kalau bulan ramadan terasa ringan saja. Karena faktor godaan setan kah, atau karena faktor kebiasaan. Mungkin jika bulan ramadan tiba, maka seperti sudah menjadi kebiasaan, kita akan tersugesti untuk banyak beribadah termasuk ibadah wajib dan sunnah secara berjamaah. Karena seperti kita tahu lingkungan sekitar begitu kondusif dan mendukung untuk kita beribadah dengan khusuk ketika bulan ramadan. Bisa kita lihat kan banyaknya orang yang pergi ke masjid pada bulan puasa.

Apapun itu selagi masih positif ya sah-sah saja. Malah sangat dianjurkan memperbanyak amal ibadah. Dan akhirnya meski terlambat, kuucapkan marhaban ya ramadan 1437 H, selamat datang bulan penuh berkah dan ampunan.