Rabu, 08 Juni 2016

Renungan Dibalik Shalat Tarawih





Tidak terasa bulan Ramadhan datang lagi. Bulan yang sangat ditunggu-tunggu oleh sebagian besar umat Islam seluruh dunia. Sudah sering diketahui umum bahwa bulam ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan berkah dengan kebaikan.

Di Indonesia tahun ini tampaknya tidak ada perdebatan alot khususnya di tengah masyarakat mengenai penetapan awal ramadhan. Kelihatannya masyarakat cukup tenang. Biasanya masyarakat kita utamanya dari media sosial banyak yang berdebat mengenai awal ramadan, kenapa ini kita beda awal puasa, kenapa ini pemerintah beda sendiri, dan berbagai pertanyaan lainnya.

Alhamdulillah tahun ini tidak ada perbedaan dalam penentuan awal puasa di Indonesia. Itu artinya umat muslim Indonesia mulai menjalankan ibadah puasa pada hari senin kemarin (6/6/2016). Mungkin itu yang menjadikan masyarakat kita tidak terlalu bergejolak.

Bahkan belum juga keputusan hasil sidang isbat dibacakan oleh pemerintah, masyarakat sudah pada ngumpul di masjid untuk shalat isya berjamaah, dan dilanjutkan dengan shalat sunah tarawih. Seolah tidak peduli entah pemerintah menetapkan awal puasa besok atau lusa. Toh yang penting yakin aja gitu besoknya puasa. Karena ormas Muhammadiyah sudah menetapkan awal puasa tanggal 6 Juni 2016 jadinya sedikit aman. Tapi ya benar saja, ternyata kita mengawali puasa secara bersamaan. Sekali lagi alhamdulillah.

Bicara soal bulan ramadhan pasti tak lepas dari ibadah sunah yang banyak dilakukan oleh umat islam pada malam harinya. Yap shalat tarawih namanya. Biasanya nih di masjid pada minggu pertama  penuh dengan jamaah. Sampai dua malam kemarin aku shalat tarawih, masjid dipadati dengan jamaah.

Luar biasa antusiasme umat memadati masjid untuk shalat tarawih berjamaah. Disini orang-orang yang tidak pernah shalat berjamaah (termasuk aku) ikut-ikutan meramaikan masjid. Tidak salah memang, karena katanya bulan ramadan merupakan bulan yang penuh berkah, saking banyak berkahnya satu amalan ibadah kita akan dilipatgandakan Allah nilai pahalanya. 

Hingga kemudian sampailah aku pada sebuah perenungan. Jika logikanya selama bulan ramadan kita mampu shalat sunah berpuluh-puluh rakaat dalam semalam. Masa shalat 5 waktu yang totalnya 17 rakaat dalam sehari kok begitu berat dilaksanakan. Jleb.. kena banget deh rasanya renungan ini. Sambil manggut-manggut dalam hati, “Iya juga ya, kok shalat tarawih aja sanggup”. 

Maka dari itu, berawal dari renungan tersebut aku pun pelan-pelan mulai menata shalat 5 waktuku. Jangan sampai renungan itu tiba-tiba muncul lagi dan menusuk naluri dan pikiran terdalam ku. Jujur kalau di bulan biasa entah kenapa di ibadah shalat wajib itu seakan “berat” terlaksana. Sedangkan kalau bulan ramadan terasa ringan saja. Karena faktor godaan setan kah, atau karena faktor kebiasaan. Mungkin jika bulan ramadan tiba, maka seperti sudah menjadi kebiasaan, kita akan tersugesti untuk banyak beribadah termasuk ibadah wajib dan sunnah secara berjamaah. Karena seperti kita tahu lingkungan sekitar begitu kondusif dan mendukung untuk kita beribadah dengan khusuk ketika bulan ramadan. Bisa kita lihat kan banyaknya orang yang pergi ke masjid pada bulan puasa.

Apapun itu selagi masih positif ya sah-sah saja. Malah sangat dianjurkan memperbanyak amal ibadah. Dan akhirnya meski terlambat, kuucapkan marhaban ya ramadan 1437 H, selamat datang bulan penuh berkah dan ampunan.
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Komentar