Jumat, 19 Februari 2016

Kota Kuala Pembuang




Kabupaten Seruyan merupakan salah satu kabupaten termuda di Kalimantan Tengah. Kabupaten yang beribukota di Kuala Pembuang ini resmi menjadi kabupaten pada tahun 2002. Dulunya kabupaten yang berjuluk Bumi Gawi Hatantiring ini hanyalah kota kecamatan yang berada di bawah pemerintah daerah kabupaten Kotawaringin Timur.

Menurut salah seorang sahabatku yang pernah menghabiskan masa kecilnya di Kuala Pembuang, daerah ini dulu sebelum menjadi kabupaten merupakan daerah yang sepi, minim pembangunan dan lebih terlihat seperti sebuah desa. Sekitar tahun 2001 dia meninggalkan Kuala Pembuang dan melanjutkan pendidikan di Palangka Raya.  Tapi kini di tahun 2015, pembangunan sudah menapaki jejaknya di setiap sudut kota Kuala Pembuang. Banyak berdiri kantor-kantor dan bangungan-bangunan megah lainnya.

Kuala Pembuang berjarak sekitar 383 Km dari kota Palangka Raya jika melalui jalan darat. Jika kita dari arah sampit,  sebelum memasuki kota ini terlebih dahulu kita akan melewati jembatan yang diberi nama Jembatan Ir.Soekarno. Jembatan ini bisa dikatakan salah satu landmark dari kota Kuala Pembuang. Jembatan yang diresmikan tahun 2010 ini memiliki panjang 590 m dan lebar sekitar 9 m.

Jembatan Ir. Soekarno di Kuala Pembuang



Pertama kali memasuki kota Kuala Pembuang suasana asri dan damai begitu terasa di kota ini. Karena ini adalah kota yang baru pertama kali aku kunjungi, tentu saja aku bersemangat sekali. Seolah ada aroma petualangan yang akan segera tersaji dihadapanku. 8 jam perjalanan yang kami tempuh melalui jalan darat seakan tidak membuat kami lelah. 

Karena saat itu masih sekitar pukul 16.00 , maka sebelum mencari penginapan terlebih dahulu kami berkeliling menjelajah kota Kuala Pembuang. Mumpung harinya masih terang. Karena besok pagi kami sudah harus kembali ke Palangka Raya.

Kuala Pembuang merupakan kota kecil yang terletak di tepi sungai Seruyan. Sungai Seruyan ini bermuara di laut jawa. Kepadatan penduduknya masih tergolong sepi alias sedikit. Selain itu rumah penduduk di Kuala Pembuang terlihat cukup rapat antara satu rumah dengan rumah lainnya.


Salah satu sudut permukiman warga

Secara keseluruhan jalan di dalam kota Kuala Pembuang  bisa dikatakan dalam keadaan hampir semua mulus dan baik. Hanya saja jalan di kota ini tidak begitu lebar. Antara jalan dan rumah warga terlihat sangat rapat dan dekat sekali. Untungnya kendaraan yang melintas di kota ini tidak ada yang ngebut dan ugal-ugalan. Untuk kepadatan lalu lintas jalan raya bisa dikatakan sepi dan lengang. Karena jumlah kendaraan masih tergolong sedikit. 

Saat kami ada disana, jalan-jalan yang ada di dalam kota terlihat sepi dan lengang. Kami juga tidak tahu apakah ini merupakan keadaan yang normal, atau karena saat itu bertepatan dengan libur panjang tahun baru sekaligus akhir pekan. Sehingga masyarakat Kuala Pembuang lebih memilih menghabiskan waktu untuk ke luar kota atau berwisata.




Beberapa ruas jalan dalam kota Kuala Pembuang

Seperti Kabupaten baru yang ada di Kalteng. Kabupaten Seruyan juga menata kawasan perkantoran pemerintahan berada dalam satu komplek. Kawasan perkantoran ini terdiri dari rumah jabatan, kantor bupati dan kantor-kantor SKPD. Kawasan ini berada di selatan kota Kuala Pembuang. Kawasan ini masih sepi jauh, hanya sedikit rumah penduduk yang bermukim. Maklum saja karena kawasan ini dulunya masih hutan. Tampaknya  penataan kota Kuala Pembuang lebih tertuju ke arah selatan dan barat.



Kompleks Perkantoran Pemkab Seruyan

Ketika kami disana di sekitar pusat kota, kami menyempatkan diri untuk mampir dan  berfoto di Stadion Mini Gagah Lurus di Kuala Pembuang. Stadion ini bisa dikatakan sebagai landmark atau ciri khas kota ini. Karena letaknya yang ditengah kota, stadion ini seringkali digunakan oleh warga setempat untuk bersantai dan menggelar berbagai acara. Misalnya acara malam pergantian tahun baru kemarin.

Di sekitar Stadion ini pula ada beberapa aktivitas ekonomi masyarakat terlihat. Ada pedagan kaki lima, ada cafe dan ada beberapa pertokoan yang berdiri di kawasan ini.  Kantor pos rumah sakit daerah, dan sekolah-sekolah pun lokasinya berada di sekitar stadion ini.

Stadion Gagah Lurus Kuala Pembuang


Rumah Sakit Umum Daerah di Kuala Pembuang


Seperti kota lainnya, di daerah pinggiran sungai adalah daerah yang tingkat kepadatan penduduknya tergolong tinggi. Dan ada permukiman padat penduduk biasanya di kawasan ini. Rata-rata masyarakat yang tinggal disini bermata pencaharian sebagai nelayan, pedagang dan industri rumah tangga pembuat kerupuk ikan dan terasi udang.  

Kerupuk ikan pipih dan tenggiri  serta terasi udang khas Kabupaten Seruyan cukup terkenal di Kalimantan Tengah. Bahkan dari luar Kalteng pun tak sedikit orang yang membelinya.Tentu saja panganan khas tersebut sangat cocok dijadikan oleh-oleh jika kita pulang dari Kabupaten Seruyan.  Para pembuat terasi dan kerupuk ini banyak terdapat di kawasan pinggiran sungai Seruyan terus ke arah selatan kota Kuala Pembuang. Tidak hanya itu saja udah EBI ( udang yang dikeringkan) dan ikan kering pun banyak dijual di daerah ini.

Untuk jajanan dan kuliner tidak ada warung yang menjual makanan khas lokal. Paling banyak warung menjual makanan seperti nasi kuning dan penganan lain khas banjar. Hanya saja ada beberapa pedagang pentol dan gorengan yang berbeda dari pedadang yang pernah aku temui dari kota lainnya. Kalau di Palangka Raya banyak dijual pentol daging sapi, kalau disini banyak dijual  pentol daging ikan dan segala gorengan yang berbahan dasar ikan. Mungkin karena lokasi kota ini yang dekat dengan laut, maka mendapatkan hasil laut begitu mudah.

Salah satu sudut pemukimman warga di pinnggiran sungai Seruyan
Kalau dilihat dari pengamatanku, mayoritas penduduk di Kuala Pembuang beragama Islam. Hal ini setidaknnya terlihat dari banyaknya sekolah islam dan juga masjid-masjid berdiri di Kuala Pembuang.

 Sebagian besar masyarakat kuala pembuang berbicara dengan bahasa banjar. Hampir mirip dengan bahasa dan logat orang Sampit dan Pangkalan bun, namun tentu saja dengan aksen  khas Seruyan. Meskipun Sampit, Pangkalan Bun dan Kuala Pembuang memiliki logat dan bahasa yang hampir sama yaitu banjar, tapi ketiga daerah tersebut memiliki ciri khas dan logat masing-masing. Hal itu lantaran daerah ini pada masa lampau pernah menjadi bagian dari kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan. Tidak jauh berbeda dengan Sampit dan Pangkalan Bun yang mayoritas bahasa dan ada istiadat cenderung mirip dengan banjar. Hal ini lantaran letak kota-kota tersebut yang berada dekat dengan laut. Sehingga memudahkan akses masuk kerajaan-kerajaan Banjar tempo dulu. Meski sebagian besar masyarakat bertutur dalam bahasa Banjar bukan berarti di daerah kabupaten ini tidak ada orang dayak. Justru orang dayak asli seruyan ini berada di pedalaman. 

Untuk penginapan, banyak terdapat di sekitar pasar atau kawasan. Disini tempat menginap yang dominan adalah losmen. Jarang ditemui hotel, kalaupun ada jumlahnya hanya sedikit. Untuk tarif menginap di losmen relatif murah sekitar 50 ribuan per malam. Kalau ingin menginap lebih bagus cari losmen yang tepat membelakangi sungai. Karena kita akan bisa sambil menyaksikan pemandangan Sungai Seruyan yang indah khususnya di pagi dan sore hari.

 
Salah satu Pemandangan dari balkon belakang losmen

Untuk tempat wisata di daerah ini kalau yang aku tahu hanya pantai sungai bakau, tapi jika mengutip dari laman situs pemkab Seruyan ada beberapa diantaranya yaitu Pesona wisata Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) di Kecamatan Seruyan Hilir yang dikenal dengan keindahan alamnya, Kawasan wisata pantai Gosong Buaya di Kecamatan Seruyan Hilir (Kelurahan Kuala Pembuang). Taman Nasional Bukit Raya dengan keindahan dan keaslian hutan tropisnya di Kecamatan Seruyan Hulu. Arung Jeram di Kecamatan Seruyan Tengah, Kecamatan Seruyan Hulu dan Kecamatan Suling Tambun.Air Terjun di Kec. Seruyan Tengah, Seruyan Hulu dan Kecamatan Suling Tambun  yang memiliki  160 riam. Wisata Danau Sembuluh yang terletak di Kecamatan Danau Sembuluh.
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Komentar